NAMAKU TAK TERBACA



Saat pergi dan kembali adalah niscaya
Dan kita tak sadar telah mengukir gores pada masing-masing jiwa
Kita terdiam dan menangis
Aku termangu menyilet kaca-kaca yang berkilau di lorong imajinasi yang tercipta oleh kerinduan bulan pada sinar raja siang
Tak usah mengerti karena sejak awal kita telah sama-sama berpaling
Entahlah.
Mungkin dari sudut hati masing-masing
Di sana sekali lagi kita menangis,
Saling mengusap wajah-wajah sembap dan saling pahami bahwa mungkin hanya ini yang kita bisa.
Terima kasih.
Untuk siang saat kita merasa punya satu belahan jiwa
Untuk malam saat tanpa kita tahu, ku sebut namamu dan kau sebut namaku dalam doa.
Untuk masa yang tak mungkin terulang dan tak lagi terbaca
Namun kita masih punya kenangan
Tak usah mengerti karena mungkin memang namaku tak terbaca pada sudut-sudut jiwa
Yah...
Kita telah lama tahu untuk apa kita tercipta.
Namun namaku pun tak bisa kau baca...